Rabu, 03 Juli 2019

AMALAN ISTRI UNTUK SUAMI YANG TELAH MENINGGAL DUNIA

Pos baru pada Salafy.or.id AMALAN ISTRI UNTUK SUAMI YANG TELAH MENINGGAL DUNIA oleh webadmin Penerjemah: Al Ustadz Abu Utsman Kharisman Pertanyaan: هل صحيح يا سماحة الشيخ أن الزوجة لا يصح لها أن تتصدق عن زوجها بعد وفاته، ولا تترحم عليه، ولا تدعو له! وإذا صح ذلك فما هي الأسباب نرجو منكم الإفادة الشرعية؟ Apakah benar wahai Syaikh yang mulia, bahwa seorang istri tidak boleh bershodaqoh untuk suami yang telah meninggal, tidak boleh mendoakan rahmat untuknya, tidak boleh berdoa untuknya? Jika itu benar, apakah penyebab hal itu. Kami berharap faidah syar’i dari anda... Jawaban Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz rahimahullah: هذا ليس بصحيح! هذا غلط! الذي يقول هذا غلط يعني جهل ومنكر، بل يشرع لها تتصدق عنه، والدعاء له والاستغفار له، والحج عنه، والعمرة كله طيب، الله جعل بينهما عشرة.. عشرة واجتماع لا ينبغي أن ينسى فضله، الله يقول: وَلا تَنسَوُا الْفَضْلَ بَيْنَكُمْ] البقرة:237] لا تنس الزوجة زوجها ولا ينساها هو إن ماتت قبله، كل منهما يشرع له الإحسان إلى الميت قبله بالصدقة والدعاء والاستغفار والحج عنه وقضاء دينه، وغير هذا من وجوه الخير، والذي يقول: لا يفعل، هذا قول باطل ومنكر، لا يقوله عاقل Ini tidak benar. Ini salah. Orang yang mengucapkan demikian salah, ia bodoh, dan itu suatu hal yang munkar. Justru disyariatkan bagi istri untuk bershodaqoh untuk suaminya, mendoakan, beristighfar untuknya, berhaji, dan melakukan umroh untuknya. Ini semua baik. Allah telah menjadikan antara keduanya pergaulan dan persatuan yang baik. Janganlah melupakan kebaikan pasangan. Allah berfirman: وَلا تَنسَوُا الْفَضْلَ بَيْنَكُمْ Dan janganlah kalian melupakan kebaikan di antara kalian (Q.S alBaqoroh ayat 237) Janganlah seorang istri melupakan suaminya. Demikian pula janganlah seorang suami melupakan istrinya. Meskipun pasangannya tersebut telah meninggal. Masing-masing disyariatkan untuk berbuat baik kepada pasangan yang telah meninggal dengan bershodaqoh, berdoa, beristighfar, berhaji, menunaikan hutangnya, dan kebaikan yang lain. Orang yang mengatakan: “Itu tidak boleh dilakukan”. Ini adalah ucapan batil dan munkar. Orang yang berakal tidak akan mengucapkan demikian Sumber: https://binbaz.org.sa/fatwas/9068/مدى-صحة-قول-من-قال-ان-المراة-لا-يصح-ان-تتصدق-عن-زوجها-بعد-وفاته webadmin | 13 Maret 2019 pukul 1:21 pm | Kategori: Anak dan Keluarga | URL: https://wp.me/p1FTDn-3aM Berhenti berlangganan dari agar tidak lagi menerima pos dari Salafy.or.id. Ubah pengaturan email Anda di Kelola Langganan. Sulit mengeklik? Salin dan rekatkan URL ini ke peramban Anda: https://salafy.or.id/blog/2019/03/13/amalan-istri-untuk-suami-yang-telah-meninggal-dunia/

ABU BAKR DIBELA DAN DISEGANI LAWAN

Pos baru pada Salafy.or.id Abu Bakr Dibela dan Disegani Lawan oleh webadmin Ditulis oleh Al Ustadz Abu Utsman Kharisman Demikian masyhurnya sifat-sifat kebaikan yang ada pada Abu Bakr, sampai-sampai orang yang masih musyrik pun mengakuinya dan membela beliau. Mari disimak kisah yang termaktub dalam Shahih al-Bukhari berikut ini. Saat sikap kaum musyrikin Quraisy sudah melampaui batas, Abu Bakr berencana berhijrah ke Habasyah. Di tengah perjalanan, beliau berjumpa dengan Ibnud Daghinah. Ibnud Daghinah bertanya: Hendak ke manakah anda wahai Abu Bakr? Abu Bakr berkata: Aku diusir oleh kaumku. Aku akan pergi menjelajah bumi agar bisa beribadah kepada Rabbku. Ibnud Daghinah berkata: Orang sepertimu tidak layak keluar atau diusir. Anda suka membantu orang yang tak berpunya, menyambung silaturrahmi, meringankan beban orang kesusahan, suka memuliakan tamu, banyak menolong dalam kebaikan. Kembalilah ke kampung anda. Saya yang akan menanggung pembelaan terhadap anda. Silakan beribadah di tempat kediaman anda. Ibnud Daghinah yang masih musyrik bersedia menjadi penjamin keamanan Abu Bakr as-Shiddiq karena benar-benar mengakui dan merasakan kebaikan akhlak Abu Bakr sejak dulu. Abu Bakr terbaik di masa Jahiliyyah, dan menjadi terbaik setelah Islam, karena beliau faqih (paham Dien dengan baik). خِيَارُهُمْ فِي الْجَاهِلِيَّةِ خِيَارُهُمْ فِي الْإِسْلَامِ إِذَا فَقُهُوا Orang terbaik di antara mereka di masa Jahiliyyah adalah yang terbaik di antara mereka dalam Islam jika mereka faqih (H.R al-Bukhari dan Muslim) Kemudian Ibnud Daghinah berkeliling menyampaikan jaminan keamanan itu kepada orang-orang musyrikin Quraisy. Para musyrikin tersebut memperbolehkan Abu Bakr beribadah, namun terbatas hanya di rumahnya saja. Dilarang menampakkan atau memperdengarkan ibadahnya, khawatir bisa mempengaruhi anak dan istri orang-orang Quraisy tersebut. Abu Bakr pun membangun masjid di halaman rumahnya. Beliau sholat di dalamnya. Di keheningan malam beliau lantunkan ayat-ayat al-Quran. Beliau membacanya dengan demikian khusyu’ dan menangis. Hal itu mengundang para istri dan anak-anak Quraisy tertarik dengannya. Hal itu jelas membuat gusar orang-orang musyrikin Quraisy, sehingga mereka menyampaikan kepada Ibnud Daghinah agar memberikan pilihan kepada Abu Bakr: harus beribadah tersembunyi, atau menarik jaminan keamanan terhadapnya. Saat Ibnud Daghinah menyampaikan pilihan tersebut, Abu Bakr berkata: فَإِنِّي أَرُدُّ إِلَيْكَ جِوَارَكَ وَأَرْضَى بِجِوَارِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلّ Sesungguhnya aku mengembalikan perlindunganmu, dan aku ridha dengan perlindungan Allah Azza Wa Jalla (H.R al-Bukhari) Pada saat perjanjian Hudaibiyyah, Urwah bin Mas’ud sempat meremehkan para Sahabat yang bersama Nabi, jika terjadi pertempuran akan lari meninggalkan beliau. Abu Bakr as-Shiddiq radhiyallahu anhu kemudian menimpali dengan ucapan yang sangat keras dan pedas terhadap Urwah bin Mas’ud. Awalnya, Urwah bin Mas’ud bertanya, siapakah yang mengucapkan demikian? Setelah diberitahu bahwa yang mengucapkan ucapan keras tersebut adalah Abu Bakr ash-Shiddiq, Urwah tidak berani membalas dengan ucapan yang keras juga, karena ia merasa Abu Bakr pernah berjasa terhadapnya. Urwah bin Mas’ud berkata: أَمَا وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَوْلَا يَدٌ كَانَتْ لَكَ عِنْدِي لَمْ أَجْزِكَ بِهَا لَأَجَبْتُكَ Demi Yang jiwaku berada di TanganNya, kalaulah tidak karena kebaikan yang pernah engkau berikan kepadaku yang aku tidak bisa membalasnya, niscaya aku akan menjawab ucapanmu tadi (H.R al-Bukhari) webadmin | 14 Maret 2019 pukul 8:14 pm | Kategori: Kisah | URL: https://wp.me/p1FTDn-3aQ Berhenti berlangganan dari agar tidak lagi menerima pos dari Salafy.or.id. Ubah pengaturan email Anda di Kelola Langganan. Sulit mengeklik? Salin dan rekatkan URL ini ke peramban Anda: https://salafy.or.id/blog/2019/03/14/abu-bakr-dibela-dan-disegani-lawan/

BERAKHLAK MULIA KEPADA ALLOH DANKEPADA PARA HAMBA

Pos baru pada Salafy.or.id BERAKHLAK MULIA KEPADA ALLAH DAN KEPADA PARA HAMBA oleh webadmin Penerjemah: Al Ustadz Abu Utsman Kharisman Syaikh Muhammad bin Sholih al-Utsaimin rahimahullah menyatakan: Akhlak yang baik adalah kepada Allah dan kepada para hamba Allah. Akhlak yang baik kepada Allah adalah ridha terhadap hukum-Nya baik secara syar’i maupun secara takdir. Ia menerima hal itu dengan lapang dada dan tidak mengeluh. Tidak marah dan bersedih. Jika Allah menakdirkan sesuatu kepada seorang muslim yang tidak disukai oleh muslim itu, dia merasa ridha, menerima, dan bersabar. Ia berkata dengan lisan dan hatinya: Aku ridha Allah sebagai Rabbku. Jika Allah menetapkan hukum syar’i, ia pun ridha dan menerima. Ia tunduk kepada syariat Allah Azza Wa Jalla dengan lapang dada dan jiwa yang tenang. Ini adalah akhlak yang baik (mulia) kepada Allah Azza Wa Jalla. Sedangkan akhlak yang baik kepada makhluk (Allah) adalah sebagaimana ucapan sebagian Ulama: menahan diri untuk tidak mengganggu (menyakiti), suka memberi, dan bermuka manis. Menahan diri untuk tidak mengganggu artinya tidak mengganggu manusia baik dengan lisan maupun anggota tubuhnya. Sedangkan banyak memberi adalah suka memberi dalam bentuk harta, ilmu, kedudukan, dan selainnya. Bermuka manis adalah menyambut manusia dengan wajah yang cerah, tidak bermuram muka atau memalingkan pipinya. Ini adalah akhlak yang baik kepada makhluk (Allah). Tidak diragukan lagi bahwasanya orang yang melakukan hal ini, dengan menahan diri untuk tidak mengganggu dan banyak memberi, akan membuat wajahnya berseri. Tidak diragukan lagi bahwa ia akan bersabar atas sikap manusia yang menyakitkan terhadapnya. Sikap bersabar atas gangguan manusia adalah termasuk akhlak yang baik. Sesungguhnya di antara manusia ada orang-orang yang suka menyakiti saudaranya, dengan bertindak sewenang-wenang dan merugikannya, misalkan dengan memakan hartanya atau menuntut hak yang sebenarnya milik (orang lain itu), dan lain sebagainya. Namun orang itu bersabar dan berharap pahala dari Allah Yang Maha Suci lagi Maha Tinggi. Akibat yang baik akan didapatkan oleh orang-orang yang bertakwa. Ini semuanya adalah bentuk akhlak yang baik kepada manusia. (Syarh Riyaadhis Sholihin libni Utsaimin (1/656)). Lafadz Asli: وحسن الخلق يكون مع الله ويكون مع عباد الله . أما حسن الخلق مع الله فهو: الرضا بحكمه شرعا وقدرا وتلقى ذلك بالانشراح وعدم التضجر، وعدم الأسى والحزن، فإذا قدر الله على المسلم شيئا يكرهه رضي بذلك واستسلم وصبر وقال بلسانه وقبله: رضيت بالله ربا، وإذا حكم الله عليه بحكم شرعي رضي واستسلم، وانقاد لشريعة الله عز وجل بصدر منشرح ونفس مطمئنة فهذا حسن الخلق مع الله عز وجل . أما مع الخلق: فيحسن الخلق معهم بما قاله بعض العلماء، كف الأذى وبذل الندي وطلاقة الوجه . كف الأذى: بألا يؤذي الناس لا بلسانه ولا بجوارحه وبذل الندي: يعني العطاء فيبذل العطاء من مال وعلم وجاه وغير ذلك وطلاقة الوجه، بأن يلاقي الناس بوجه منطلق ليس بعبوس ولا مصعر خده وهذا هو حسن الخلق . ولا شك أن الذي يفعل هذا، فيكف الأذى ويبذل الندي ويجعل وجهه منطلقا، لا شك أنه سيصبر على أذى الناس أيضا فإن الصبر على أذى الناس لا شك أنه من حسن الخلق فإن من الناس من يؤذي أخاه وربما يعتدي عليه بما يضره بأكل ماله أو جحد حق له أو ما أشبه ذلك فيصبر ويحتسب الأجر من الله سبحانه وتعالى، والعاقبة لمتقين وهذا كله من حسن الخلق مع الناس . webadmin | 28 Februari 2019 pukul 17:26 | Kategori: Adab dan Akhlaq | URL: https://wp.me/p1FTDn-3a7 Berhenti berlangganan dari agar tidak lagi menerima pos dari Salafy.or.id. Ubah pengaturan email Anda di Kelola Langganan. Sulit mengeklik? Salin dan rekatkan URL ini ke peramban Anda: https://salafy.or.id/blog/2019/02/28/berakhlak-mulia-kepada-allah-dan-kepada-para-hamba/

HUKUM MENCUKUR HABIS JENGGOT UNTUK MENDAPATKAN PEKERJAAN

Pos baru pada Salafy.or.id HUKUM MENCUKUR HABIS JENGGOT UNTUK MENDAPATKAN PEKERJAAN oleh webadmin Penerjemah: al ustadz Abu Utsman Kharisman Pertanyaan: Jika saya ingin mendapatkan suatu pekerjaan, namun dipersyaratkan saya harus mencukur jenggot, apa yang harus saya lakukan? Jawaban Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz rahimahullah: Nabi shollallahu alaihi wasallam bersabda dalam hadits shahih: إِنَّمَا الطَّاعَةُ فِي الْمَعْرُوفِ Ketaatan (kepada manusia) hanyalah dalam hal yang ma’ruf (selama tidak bertentangan dengan aturan syariat, pent)(H.R al-Bukhari dan Muslim) Nabi shollallahu alaihi wasallam bersabda: لَا طَاعَةَ لِمَخْلُوقٍ فِي مَعْصِيَةِ الْخَالِقِ Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam hal bermaksiat kepada Sang Pencipta Anda wajib bertakwa kepada Allah dan lebih mendahulukan ridha-Nya. Janganlah menyetujui syarat ini. Pintu rezeki masih banyak. Tidaklah tertutup, alhamdulillah. Bahkan terbuka. Allah Yang Maha Suci lagi Maha Tinggi berfirman: وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجاً Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, Allah akan berikan kepadanya jalan keluar (Q.S atTholaaq ayat 2) Setiap pekerjaan yang mempersyaratkan di dalamnya kemaksiatan kepada Allah, janganlah dipenuhi. Sama saja apakah itu pekerjaan sebagai tentara, atau pekerjaan lain. Tinggalkan hal itu, dan carilah pekerjaan lain yang Allah Azza Wa Jalla perbolehkan. Janganlah tolong menolong dengan mereka dalam dosa dan permusuhan. Karena Allah berfirman: وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلا تَعَاوَنُوا عَلَى الْأِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ...dan saling bekerjasamalah dalam kebaikan dan ketakwaan, dan janganlah kalian saling tolong menolong dalam dosa dan permusuhan (Q.S al-Maaidah ayat 2) Semoga Allah memberikan rezeki taufiq (petunjuk) kepada kami dan anda. Pertanyaan: Bagi pihak-pihak yang memerintahkan hal-hal semacam ini, mungkin mereka bisa mendapatkan petuah dari anda wahai Syaikh yang mulia? Penjelasan Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz rahimahullah: Wajib bagi pemerintah dan setiap yang memiliki tanggungjawab di negeri Islam untuk bertakwa kepada Allah. Janganlah mengharuskan manusia melakukan hal-hal yang diharamkan Allah. Mereka wajib bertakwa kepada Allah. Hendaknya mereka berhukum dengan syariat Allah pada setiap yang mereka lakukan dan yang mereka tinggalkan. Karena Allah Yang Maha Suci lagi Maha Tinggi berfirman: فَلاَ وَرَبِّكَ لاَ يُؤْمِنُونَ حَتَّىَ يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لاَ يَجِدُواْ فِي أَنفُسِهِمْ حَرَجًا مِّمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُواْ تَسْلِيمًا Tidak, demi Rabbmu, sungguh mereka tidak beriman, sampai mereka menjadikan engkau (Muhammad) sebagai pemutus perkara terhadap apa yang mereka perselisihkan, kemudian (setelah engkau memutuskan) mereka tidak mendapati ganjalan dalam diri mereka terhadap keputusanmu dan benar-benar menerimanya (Q.S anNisaa’ ayat 65) Allah Ta’ala berfirman: أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللّهِ حُكْمًا لِّقَوْمٍ يُوقِنُونَ Apakah hukum jahiliyyah yang mereka inginkan? Siapakah yang lebih baik hukumnya dibandingkan Allah bagi kaum beriman? (Q.S al-Maaidah ayat 50) Allah Jalla wa ‘Alaa berfirman: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ أَطِيعُواْ اللّهَ وَأَطِيعُواْ الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللّهِ وَالرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلاً Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah, taatilah Rasul, dan pemimpin (maupun Ulama) di antara kalian. Jika kalian berselisih pendapat tentang suatu hal, kembalikanlah kepada Allah dan Rasul, jika kalian beriman kepada Allah dan hari akhir. Yang demikian itu lebih baik dan lebih indah akibatnya (Q.S anNisaa’ ayat 59) Wajib untuk taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Jika ada permasalahan pada perkara manusia, kembalikan kepada Allah dan Rasul-Nya. Apa yang diputuskan Allah dalam KitabNya yang agung atau dalam Sunnah yang Suci melalui tangan Rasulullah shollallahu alaihi wasallam, wajib diambil dan diterapkan, serta ditinggalkan hal-hal yang menyelisihinya. Inilah yang wajib bagi para pemangku tanggungjawab dalam permasalahan jenggot, riba, keputusan antar manusia, dan pada segenap urusan. Mereka harus berhukum dengan syariat Allah. Yang demikian itu, demi Allah adalah jalan kemuliaan, keselamatan di dunia dan di akhirat. Tidaklah mereka bisa mencapai kemuliaan yang sempurna dan keridhaan Allah secara sempurna kecuali dengan ketaatan kepadaNya (Allah Yang Maha Suci lagi Maha Tinggi) dan mengikuti syariatNya. Kita meminta kepada Allah untuk kami dan mereka taufiq dalam hal-hal yang diridhaiNya, dan (kami memohon) afiyat (keselamatan) dari fitnah-fitnah yang menyesatkan Sumber: https://binbaz.org.sa/old/29157 webadmin | 25 Februari 2019 pukul 23:26 | URL: https://wp.me/p1FTDn-39U Berhenti berlangganan dari agar tidak lagi menerima pos dari Salafy.or.id. Ubah pengaturan email Anda di Kelola Langganan. Sulit mengeklik? Salin dan rekatkan URL ini ke peramban Anda: https://salafy.or.id/blog/2019/02/25/hukum-mencukur-habis-jenggot-untuk-mendapatkan-pekerjaan/